Friday, January 27, 2012

Kisah Teladan Suami yang Cinta Istrinya


Dear pembaca setia artikel merenungi hidup blog wahw33d / fathony.com kali ini saya akan menulis kisah seorang suami yang sangat menyayangi istrinya.
Alkisah, Ada seorang suami yang sangat cinta sama istrinya, suami serba hati-hati dalam bersikap dg istrinya, berbicara dg penuh kelembutan dan kasih sayang, seluruh keinginan istrinya dipenuhi atas dasar cinta.  Tapi dalam keluarga itu ada hal yang agak aneh, ketika suami berkata A maka istri menjawab B, ketika suami berkata B sang istri menjawab A. timbulah sang suami mencurigai istrinya bahwa istrinya mengalami gangguan telinga. Dengan gundah gulana sang suami kebingungan ingin mengajak istrinya berobat kedokter takut marah, takut salah paham, dan takut menyakiti istrinya. hari demi hari dilalui dg tidak ada perubahan, hingga sang suami memutuskan untuk pergi ke dokter sendiri tanpa membawa sang istri.
Tibalah di tempat praktek dokter THT. Sang suami duduk berhadapan di meja dokter sembari berkata.
“pak dokter, saya kemari mau konsultasi, akhir-akhir ini istri saya gangguan pendengaran akan tetapi dia tidak bisa ikut kemari karena saya takut nanti dia marah. apakah pak dokter bisa ngasih obat biar nanti saya belikan.”
Dokter bertanya: ” Kondisi istri bapak saat ini seperti apa?” suami itu menjawab: ” kalau dilihat dari luar sepertinya sehat2 saja pak”.
“apakah keluar darah dari telinganya?” tanya dokter. “enggak pak” jawab sang  suami.
“apakah istri bapak baru kecelakaan atau sakit keras sebelumnya?” lanjut dokter. ” enggak juga pak” sahut suami itu.
dokter menyimpulkan:” maaf pak, saya bisa mendiagnosa bila bapak ajak istri anda kemari, biar saya periksa secara langsung.”
Suami itu mulai bingung dan berkata: ” waduh, sepertinya tidak mungkin pak, apakah pak dokter g bisa ngasih obat saja untuk sejenis sakit telinga tanpa harus periksa istri saya langsung?”
Dokterpun menegaskan:” saya bisa memberi obat kalau tau penyakit nya jenis apa,”
Sang suami tambah kebingungan, cari ide lanjut berkata: ” apakah bisa saya memeriksa istri saya sendiri pak untuk memastikan dia sakit telinga yang seperti apa, biar nanti saya praktekkan dirumah.”
Dokter mulai berfikir dan ngasih solusi sederhana lalu menjelaskan kepada sang suami: ” Baik, saya jelaskan berikut cara memeriksanya. Pertama, coba panggil istri anda dari jarak 10 meter, jika tidak mendengar, majulah  1 meter dan panggil dari jarak 9 meter, jika tetap tidak mendengar majulah terus mendekati istri anda sambil memanggil tiap maju 1 meter. dan jika istri anda mendengar hanya dari jarak 1 meter berarti istri anda benar-benar mengalami sakit telinga.”
“baik pak, akan segera saya praktekkan dirumah”. sahut sang suami sembari bergegas meninggalkan ruangan dokter.
Setiba dirumah suami itu menunggu saat yang tepat untuk  mempraktekkan yang diisyaratkan dokter tadi. takutnya sang istri jadi sakit hati karenanya. Hingga datanglah dipagi hari seusai sarapan, suami itu mulai mempraktekkan.
Dia mulai memanggil dari jarak 10 meter: ” ma… mama..”.  panggil suami dg lembut. tapi tidak ada jawaban.
melangkah 1 meter kedepan mendekati istrinya: ” ma.. mama….”. tetap tidak ada jawaban
sang suami terus maju 1 meter hingga tinggal jarak 2 meter: ” maa.. mama…” Nihil, tetap tidak ada jawaban yang keluar dari mulut  sang istri.
Dengan putus asa  suami itu maju hingga jarak 1 meter dg sang istri : “maa… mama…”. barulah dari jarak 1 meter itu terdengar jawaban dari istri dg nada agak marah : “apa sih pa.. dari tadi udah mama jawab  ‘ ya pa.. ya pa..’ tetep aja panggil-panggil terus.”
Dam!!… Seketika itu keluar keringat dingin dari telapak tangan sang suami, dia sadar bahwa ternyata yang sakit telinga bukan istrinya. Dia sekarang tau bahwa telinganya sendiri yang perlu diperiksa…
Bagaimana dengan anda? terkadang kita suka menyalahkan orang, tanpa mau mendengarkan nasihat dari orang lain.  merasa kita benar dan mengindahkan kritikan orang. semoga cerita ini mejadikan kita dapat memulai belajar untuk lebih peka terhadap kekurangan diri sendiri.
cobalah untuk saling mau mendengarkan, cobalah untuk saling tidak memfonis dan belajarlah untuk tidak egois.
Wassalam….

No comments:

Post a Comment